Kamis, 24 Juni 2010

Badak Jawa Terancam Punah





Badak Jawa Terancam Punah
Dephut, 17 Juni 2010
Nomor: S.329/PIK-1/2010
Salah satu mamalia besar yang paling terancan punah di dunia adalah Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus). Saat ini populasi Badak Jawa di seluruh dunia diperkirakan hanya berjumlah 40 - 60 ekor saja. Karena itu Badak Jawa masuk dalam Daftar Merah Spesies Yang Terancam Punah yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Populasi Badak Jawa pernah tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara, namun sekarang hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon. Dalam dua dekade terakhir ini tidak ada peningkatan dalam populasi Badak Jawa, hal ini menunjukkan suatu gejala kejanggalan ekologis. Faktor-faktor yang mengancam punahnya satwa bercula satu ini antara lain adalah perambahan liar, penyebaran penyakit, persaingan tak sehat antar spesies, bencana alam, dan perubahan iklim.

Dalam upaya menyelamatkan Badak Jawa dari kepunahan, Kementerian Kehutanan telah merancang program Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia sejak tahun 2007 s/d 2017. Dalam upaya merealisasikan program ini, Kementerian Kehutanan menggalang kerjasama para pihak untuk ikut berperan serta dalam upaya penyelamatan satwa langka ini, yaitu Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan Asia Pulp and Paper (APP) yang telah bersepakat mengadakan kerjasama untuk menyelamatkan dan melestarikan Badak Jawa.

YABI adalah satu-satunya organisasi nirlaba Indonesia yang bergerak dalam usaha melestarikan dan menyelamatkan Badak Jawa. Sedangkan APP adalah perusahaan pulp dan kertas. YABI dan APP sepakat bahwa saat ini sudah waktunya bertindak untuk melakukan kegiatan konservasi yang membawa perubahan langsung di lapangan.

Kerjasama YABI dan APP akan berfokus pada pengembangan Suaka Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon yang luasnya 76.000 ha. Pengembangan suaka ini dimaksudkan untuk melestarikan Badak Jawa, tidak hanya melalui penelitian intensif, namun juga untuk memperluas habitat dan melindungi dari gangguan satwa lain. Selain itu menjamin adanya peningkatan populasi badak yang merupakan tujuan utama program bersama ini.

Kementerian Kehutanan telah menetapkan target nasional untuk konservasi badak, yaitu peningkatan populasi sebanyak 3 % setiap tahun, dan adanya kawasan lindung sebagai habitat badak seluas 1 juta ha pada tahun 2055.
Jakarta, 17 Juni 2010
Kepala Pusat Informasi Kehutanan,
ttd. M a s y h u d
NIP. 19561028 198301 1 002

sumber informasi ; http://pili.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=841&Itemid=193#Badak%20Jawa

sumber gambar : http://alamendah.files.wordpress.com/2009/10/badak-jawa-rhinocerus-sondaicus.jpg

Selasa, 11 Mei 2010

Tambak dan Pelabuhan Ancam Mangrove


Penghijauan
Tambak dan Pelabuhan Ancam Mangrove
Selasa, 11 Mei 2010 | 11:00 WIB


Kompas Images/Dhoni Setiawan

BARITO KUALA, KOMPAS.com - Sekitar 450 kilometer atau 30 persen dari total 1.500 kilometer kawasan mangrove di sepanjang pantai Kalimantan Selatan rusak. Kerusakan yang terjadi pada titik-titik tertentu itu disebabkan pembukaan tambak dan pemanfaatan untuk pelabuhan.

"Penyebabnya ada yang sengaja dibuka untuk tambak dan pembukaan pelabuhan khusus untuk batubara," ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalimantan Selatan Rakhmadi Kurdi Selasa (11/5/2010).

Untuk mengembalikan kelestarian daerah mangrove tersebut, BLHD Kalimantan Selatan dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Kuala, Selasa (11/5), melakukan penanaman 1.000 batang bibit mangrove di Pulau Kaget, Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala.

Pulau Kaget yang memiliki luas sekitar 65 hektar merupakan cagar alam dan salah satu tempat hidup bekantan. Namun, separo kondisi mangrovenya telah rusak akibat pembukaan lahan untuk pertanian. Ada juga kerusakan yang diakibatkan pemanfaatan akar tunjang mangrove untuk tutup botol oleh masyarakat.

Rabu, 05 Mei 2010

Hidup Organik, Kurangi Beban yang Ditanggung Bumi

Hidup Organik, Kurangi Beban yang Ditanggung Bumi

Ani Purwati - 30 Apr 2010

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban yang ditanggung bumi agar kehidupannya tetap lestari. Diantaranya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara sederhana , sesuai ritme keseharian kita, dengan hidup secara organik. Demikian ungkap Bibong Widyarti, konsumen organik dalam bincang-bincang peresmian Kedai Hijau di Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH), untuk memperingati Hari Bumi, di Jakarta (30/4).

“Sekecil apapun tindakan dalam menyelamatkan lingkungan dan bumi ini, tentunya akan bermakna besar bagi kelangsungan hidup bumi ini,” ungkap penulis buku tentang tips-tips hidup organik berjudul “Hidup Organik, Panduan Ringkas Berperilaku Selaras Alam.”

“Berbuat baik untuk bumi misalnya dengan cara makan secukupnya sesuai kebutuhan, mengolah makanan secara sehat, memilih dan membeli produk organik, membawa minuman sendiri dengan wadah dari beling atau stainless steel, belanja dengan membawa kantong sendiri, mengolah sampah, memakai produk daur ulang dan sebagainya,” lanjut Bibong yang memutuskan mengkonsumsi organik sejak 1997.

Menurut ibu dua orang anak ini, saat memilih produk bahan pangan dari pertanian organik, sebenarnya manusia telah melakukan win-win solution. Artinya, pertanian organik mengambil posisi yang saling menguntungkan, yaitu aman bagi manusia, makhluk hidup lain dan bumi.

Pertanian organik mencegah dampak merugikan bagi kesehatan yang disebabkan zat-zat berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Bahan–bahan kimia beracun lebih minimal pada hasil pertanian organik dibandingkan produk pertanian konvensional. Sejauh ini penggunaan pestisida dalam pertanian konvensional telah berpengaruh negatif terhadap ekosistem pertanian, kesehatan serta meninggalkan akumulasi residu pestisida pada produk pertanian.

Pertanian organik juga memelihara keanekaragaman hayati dengan menyadarinya sebagai harmoni. Dal hal ini pertanian organik mengkui setiap makhluk hidup mempunyai tugas dan fungsi bagi keseimbangan alam. Sistem pertanian organik melindungi dan menjaga kualitas tanah, air dan udara, karena tidak menggunakan pupuk sintetik dan pestisida.

Pertanian organik dan cara hidup organik mendukung kemandirian dan pemberdayaan individu, baik petani mupun konsumen. Peningkatan kualitas, penggunaan produk-produk dari petani lokal dan mengandalkan sumber daya lokal yang dapat diperbarui, secara langsung atupun tidak akan meningkatkan ekonomi setempat.

Pertanian organik juga menghargai kearifan lokal dan keanekargaman budaya di setiap daerah. Kebiasaan pemanfaatan aneka hasil alam untuk berbagai kebutuhan akan kembali hidup, sperti menjaga kesehatan dengan obat-obatan dari ramuan tanaman yang tumbuh di lingkungan sekitar.

Ubi Jalar Untuk Kesehatan

Seperti halnya yang Adi Kharisma kembangkan saat ini. Dengan pengalamannya yang sering melihat orang-orang yang disayanginya mengidap penyakit kanker, akhirnya Adi menekuni dan mengembangkan ubi jalar menjadi aneka makanan dan minuman olahan berkhasiat kesehatan.

Produk pangan lokal, ubi jalar yang berwarna ungu mengandung banyak zat antosianin yang bisa mencegah kanker. “Antosianin itu berguna untuk mengencerkan darah yang kental serta menyerap racun dan polusi di darah. Darah yang encer menurut dokter baik untuk kesehatan tubuh, “ kata pengembang es krim ubi ungu ini saat bincang-bincang ini.

Selain mengonsumsi ubi jalar warna ungu, sejak tahun 2000, Adi juga menjalankan resep diet dengan menjalankan pola makan sehat. Ia mulai menjauhi aneka sea food, daging merah serta memperbanyak sayur dan buah. “Daging yang saya makan hanya daging ayam dan ikan,” ujarnya. Pengaruh bagi kesehatan Adi sangat signifikan. “Sampai sekarang, pilek pun saya tak pernah,” ujar pria yang selalu mengenakan seragan dan topi warna ungu ini.

sumber : http://www.beritabumi.or.id/?g=beritadtl&newsID=B0270&ikey=1

FOREST FRIENDS


‘One United Action, One Earth’
Satu Aksi Bersama untuk Bumi
Oleh WWF-Indonesia dan WWF Germany
April – November 2010

Apakah Program ‘Forest Friends’ itu?

Forest Friends atau Sahabat Hutan adalah inisiatif kampanye pelestarian hutan dan lingkungan yang ditargetkan kepada pemuda usia 18 sd 25 tahun melalui aplikasi “online” atau jejaring pertemanan. Inisiatif ini diharapkan dapat menumbuhkan ide-ide kreatif dan inovatif di kalangan pemuda dalam mempromosikan, menggerakkan, dan menginspirasi orang lain disekitarnya untuk melakukan aksi nyata bagi hutan dan lingkungan hidup.

Program yang merupakan kerjasama antara WWF-Indonesia dan WWF-Germany ini, memungkinkan peserta yang terpilih (dari Indonesia dan Jerman) dapat menjalin pertemanan dan bertukar informasi secara online tentang upaya pelestarian hutan, gaya hidup ramah lingkungan, maupun aktivitas lainnya terkait konservasi hutan dan alam. “Forest Friends” adalah sebuah kompetisi, dimana peserta yang telah terpilih berkampanye bersama secara online dan mengumpulkan dukungan publik sebanyak-banyaknya demi penyelamatan hutan alam. Dalam kampanye ini, setiap satu dukungan yang diterima oleh peserta Forest Friends akan diwujudkan dalam bentuk aksi nyata penanaman 10 batang pohon, sehingga semakin banyak dukungan yang diterima oleh masing-masing peserta – melalui pesan konservasi yang mereka kampanyekan- semakin besar kontribusi mereka dalam upaya restorasi hutan, khususnya di Indonesia. Tahun 2010 merupakan tahun Keanekaragaman Hayati Dunia dan Tahun Harimau, sehingga restorasi hutan akan difokuskan pada daerah-daerah kritis habitat harimau Sumatera.

Pada akhir program, dua peserta (1 orang dari Indonesia dan 1 orang dari Jerman) yang berhasil mendapatkan dukungan public terbanyak, akan mendapatkan apresiasi untuk bersama-sama berkunjung ke salah satu taman nasional di Indonesia dan Jerman untuk mengenal lebih dekat hutan dan kekayaan alam di kedua negara, sekaligus mendapatkan pengalaman langsung dan mengenal lebih dekat isu-isu konservasi di kedua negara.

Dalam pelaksanaannya WWF-Indonesia dan WWF-Germany akan melakukan seleksi peserta “Forest Friends” di negaranya masing-masing.


Apa tujuan dari Program “Forest Friends”?

  1. Menggali ide-ide kreatif di kalangan pemuda untuk secara aktif berkontribusi dalam upaya pelestarian hutan dan lingkungan hidup
  2. Memberikan inspirasi sekaligus membangun dan meningkatkan kesadaran publik untuk berpartisipasi dalam upaya perlindungan, pengelolaan, dan restorasi/ rehabilitasi hutan di Indonesia
  3. Membuka wawasan pemuda di Indonesia untuk mengenal berbagai isu hutan dan lingkungan dalam perspektif global, serta mendorong tindakan yang ramah lingkungan (green life style) dalam kehidupan sehari-hari
  4. Mengajak publik untuk mendukung dan secara aktif berpartisipasi dalam program-program WWF-Indonesia
  5. Menjaga hubungan dengan Supporter aktif WWF-Indonesia untuk meningkatkan loyalitas dan dukungan jangka panjang mereka terhadap konservasi

Siapa Yang Bisa Mendaftar Sebagai Peserta Forest Friends?

Kompetisi ini terbuka bagi individu yang memiliki komitmen, pengetahuan, kecintaan terhadap alam dan lingkungan, kreatifitas, dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  1. Warga Negara Indonesia, berumur antara 18 – 25 tahun (dapat dibuktikan dengan KTP, Pasport, Kartu Pelajar, SIM, atau Kartu Keluarga )
  2. Merupakan anggota aktif WWF-Indonesia dalam salah satu kegiatan berikut: Supporter WWF-Indonesia, program RhinoCare, program SAHABAT Harimau, program Mybaby tree, dan program donasi WWF lainnya (dapat dibuktikan dengan tanda bukti donasi atau anggota aktif WWF-Indonesia pada saat program ini berlangsung). Bagi mereka yang belum menjadi supporter/adopter/donator WWF-Indonesia, bisa tetap menjadi peserta Forest Friends dengan mendaftarkan diri terlebih dulu menjadi supporter /adopter/donator WWF-Indonesia. Informasinya bisa didapatkan di www.wwf.or.id
  3. Mengirimkan alamat blog dan biodata ringkas (nama, alamat, pekerjaan, tempat tanggal lahir, telepon, email dan foto diri) disertai dengan satu kopi kartu identitas dan bukti anggota aktif WWF-Indonesia
  4. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik dan bersedia bekerjasama dalam tim
  5. Bersedia mengikuti persyaratan dan ketentuan kompetisi “Forest Friends” yang telah ditetapkan oleh panitia
  6. Kompetisi ini tertutup bagi staff WWF-Indonesia

Bagaimana Ketentuan Kompetisi “Forest Friends”?

Babak penyisihan
Daftarkan alamat blog Anda dengan mengisi formulir online di [ www.wwf.or.id/forestfriends ]. Tulisan-tulisan di blog (lebih disukai jika tulisan tersebut disertai foto/ film pendek/ PSA / jingle/ lagu atau karya kreatif lainnya) harus sesuai dengan tema “Tindakan nyata untuk pelestarian hutan dan lingkungan hidup”. Dalam babak penyisihan ini tulisan di blog dapat menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

How to make your own blog?Klik disini

Batas waktu pendaftaran: Alamat blog dengan isi yang sesuai dengan tema dan persyaratan harus sudah diterima sebelum tanggal 15 Mei 2010

Persyaratan blog:
Ide tulisan didalam blog dan kreativitas lainnya yang menyertai tulisan tersebut (misalnya -tetapi tidak terbatas pada- foto/ film pendek/ PSA / jingle/ lagu atau karya kreatif lainnya) adalah karya asli dan orisinal peserta. Apabila ditemukan pelanggaran hak cipta maka kreasi tersebut tidak dapat diikutsertakan atau dididiskualifikasi. Peserta dapat mengutip tulisan atau referensi dari WWF atau pihak lainnya dengan mencantumkan referensi, kredit ,sumber data, atau hyperlink dari kutipan tersebut. Penggunaan kata-kata yang mengandung SARA atau pornografi akan menyebabkan diskualifikasi peserta.

Blog tersebut merupakan kreasi dari individu yang memenuhi persyaratan sebagai peserta.

Hak cipta dari blog dimiliki oleh peserta. Panitia (WWF-Indonesia) memiliki hak untuk mempublikasikan kreasi tersebut dengan mencantumkan informasi mengenai hak cipta.

Kriteria penilaian:
Orisinalitas, inisiatif, dan konsistensi tulisan
Substansi dan kesesuaian dengan tema
Memberikan inspirasi bagi orang lain untuk berpartisipasi aktif dalam upaya perlindungan, pengelolaan, dan restorasi/ rehabilitasi hutan di Indonesia; dan atau mendorong tindakan yang ramah lingkungan (green life style) dalam kehidupan sehari-hari; dan atau
mengajak publik untuk mendukung dan secara aktif berpartisipasi dalam program-program WWF-Indonesia
Banyaknya dukungan publik terhadap blog atau hasil karya terkait dalam blog tersebut

Sepuluh blog yang paling menarik dan interaktif dalam babak penyisihan ini sesuai dengan kriteria penilaian dewan juri berhak mendapat sertifikat, t’shirt dan merchandise WWF.

Tiga blogger terbaik dalam babak penyisihan ini menurut kriteria penilaian dewan juri akan lolos masuk ke babak final (akan diumumkan pada 18 Mei 2010)


Babak Final

Dalam babak final 3 (tiga) blogger dari Indonesia akan bekerja dalam satu tim dengan tiga blogger dari Jerman (satu tim terdiri dari 1 blogger dari Indonesia dan 1 blogger dari Jerman) dimana setiap tim akan membuat blog bersama dan mengumpulkan dukungan publik untuk memenangkan kompetisi Forest Friends.

Dalam babak final ini panitia akan menyediakan aplikasi online – dalam bahasa Inggris - bagi setiap tim untuk berkreasi mengisi blognya dan mengumpulkan dukungan (fans). Pemenang kompetisi dalam babak final ini ditentukan berdasarkan banyaknya dukungan atau fans yang dikumpulkan. Setiap satu orang fans atau satu dukungan yang diterima akan di akan diwujudkan dalam bentuk aksi nyata penanaman 10 batang pohon, sehingga semakin banyak dukungan yang diterima oleh masing-masing peserta – melalui pesan konservasi yang mereka kampanyekan dalam blog mereka- semakin besar kontribusi mereka dalam upaya restorasi hutan. Biaya penanaman pohon akan ditanggung oleh panitia dan sponsor.

Kampanye melalui blog pada babak final ini akan dilakukan secara berkesinambungan oleh tim peserta dimulai dari pekan ke empat bulan Mei dan ditutup pada pekan terakhir bulan Agustus 2010
Award/Penghargaan
Pemenang kompetisi ini akan memperoleh hadiah berupa:

  1. Satu tim pemenang utama (1 orang dari Indonesia dan 1 orang dari Jerman) akan memperoleh kesempatan bersama-sama berkunjung ke satu lokasi kerja WWF di Sumatera dan Jerman (seluruh biaya selama perjalanan dan aplikasi visa akan ditanggung oleh panitia) dan mendapatkan peliputan dari media
  2. Masing-masing satu pemenang kedua dan ketiga dari Indonesia akan memperoleh kesempatan berkunjung ke satu lokasi kerja WWF di Sumatera (seluruh biaya selama perjalanan akan ditanggung oleh panitia)
  3. Untuk kunjungan ke Sumatera, para pemenang dalam poin a dan b akan mendapat kesempatan untuk secara langsung terlibat dalam upaya restorasi hutan habitat harimau Sumatera, mengikuti aktivitas tim patroli dan survey penelitian harimau, serta mengikuti petualangan seru lainnya di dalam hutan bersama tim WWF.

Hasil Keputusan
Keputusan juri adalah final dan tidak dapat diganggu gugat. Panitia tidak menyelenggarakan korespondensi terkait dengan keputusan yang akan atau telah dibuat. Apabila setelah pemenang ditentukan ditemukan pelanggaran (seperti pelanggaran hak cipta dan plagiarisme) maka pemenang akan dicabut.

Ada pertanyaan terkait mekanisme pendaftaran atau kompetisi Forest Friends ?

Kirimkan email ke asruzuar@wwf.or.id
Atau kontak WWF-Indonesia di 021 – 5761070 ext 509 (Annisa)
Informasi lebih lanjut dapat dilihat di www.wwf.or.id



Cewek Jatuh, Terobos Razia Busana Muslim


Rabu, 5 Mei 2010 | 10:07 WIB
SERAMBI/M ANSHAR

Laporan Wartawan Serambi, M Anshar

BANDA ACEH, KOMPAS.com
— Seorang wanita pengendara sepeda motor yang coba menerobos razia busana muslim terjatuh. Insiden ini terjadi akibat ia coba menabrak seorang petugas Wilayatul Hisbah yang sedang melakukan razia di Jalan T Nyak Arief, Simpang Mesra, Banda Aceh, Selasa (4/5/2010).

Seperti yang kerap diberitakan, razia macam ini dilakukan dengan alasan menegakkan syariat Islam di Aceh. Mirip dengan razia kendaraan bermotor, para petugas biasanya menghentikan wanita yang membawa kendaraan. Biasanya pula wanita yang kedapatan tidak berpakaian sesuai dengan syariat akan diamankan untuk diberi nasihat terkait qanun atau Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Busana Muslim sebagai pelaksanaan syariat Islam di NAD.

Pihak penegak syariat meyakini razia macam ini mampu mengontrol perilaku warga, khususnya perempuan. Mereka wajib mengenakan jilbab dan tidak mengenakan pakaian ketat. Dalam kasus di atas, sepertinya si wanita takut ditangkap karena mengenakan celana jins yang "relatif" ketat meski ia telah memakai jilbab.

Minggu, 02 Mei 2010

Ada Hiu yang Bisa Jalan Lho..


Sumber: Kompas, 19 April 2010
icha rastika

Tahukan Anda, Indonesia memiliki spesies ikan hiu yang biasa berjalan di dasar lautan? Hiu yang bernama latin Hemiscyllium galei dan Hemiscyllium henryi tersebut dijuluki walking shark (hiu berjalan) yang ditemukan di perairan Raja Ampat, Kawasan Kepala Burung Papua Barat.

"Uniknya, dia berjalan di dasar laut dengan siripnya, nggak berenang," kata Fahmi, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang lama meneliti jenis hiu dan pari, di Pusat Penelitian Oceanografi LIPI, Jakarta, Senin (19/4/2010).

Ukuran tubuh walking shark sedikit lebih kecil dari ukuran tubuh hiu pada umumnya. Warna tubuhnya pun menarik dengan tutul-tutul kecoklatan seperti tokek atau gecko. Corak pada tubuh jenis walking shark, menurut Fahmi, akan berubah seiring pertambahan usia.

"Warna pasti berubah, tapi pola dasarnya sama," ujarnya. Pola dasar warna tubuh tersebutlah yang kemudian membedakan spesises Hemiscyllium galei dengan Hemiscyllium henryi. Selain itu, ukuran tubuh Hemiscyllium galei juga tampak lebih besar dibanding Hemiscyllium henryi.

Karena walking shark berjalan di dasar lautan, Fahmi menyampaikan, maka mereka hanya memakan hewan-hewan kecil dasar laut seperti kerang. Bentuk gigi mereka juga berbeda dengan gigi hiu pemakan ikan pada umumnya. "Gigi mereka nggak runcing, tampak seperti gigi lele, untuk memecah cangkang," ujar Fahmi.

Kedua jenis hiu berjalan tersebut termasuk dalam 11 spesies biota laut baru yang ditemukan di perairan Raja Ampat, dan diperkenalkan LIPI hari ini. Mengenai kemungkinan ditemukannya kedua spesies tersebut di perairan lain, Fahmi menjawab, "Kecil ya, karena dia berjalan, jadi penyebarannya nggak jauh, cenderung endemik. Paling yang banyak satu familinya, tapi beda marga. Adanya kebanyakan di Indonesia timur," tuturnya.

Untuk diketahui, peneliti biota laut Conservation International bekerjasama dengan LIPI menemukan 11 biota laut baru. Kesebelas biota laut tersebut diberi nama sesuai dengan keinginan pemenang lelang "Blue Auction" di Monaco. Hasil lelang akan digunakan untuk mendidik calon taksonom Indonesia yang masih minim jumlahnya.

Jumat, 30 April 2010

Teater Laut di Jailolo


Jumat, 30 April 2010 | 03:40 WIB
Kompas/Agus Susanto
ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com--Sebuah konsep baru pertunjukan teater di Indonesia bahkan dunia, hanya dapat Anda saksikan di ‘SENJA MERAH GUNUNG SAMUDRA” THEATRE ON THE SEA, FESTIVAL TELUK JAILOLO 2010, Halmahera Barat, Maluku Utara, tanggal 29 Mei 2010 pukul 15.00 waktu setempat.

Perahu nelayan berubah menjadi biota – biota laut berukuran besar. Panggung apung dibangun serupa kerajaan bawah laut.

Nelayan, Petani, Siswa SD, SMP dan SMA, Komunitas Musik, Komunitas Seni & Budaya terlibat dalam persiapan pertunjukan dan juga tampil sebagai pengisi acara. Jumlahnya mencapai lebih dari 300 orang.

Tokoh – tokoh utama tampil dengan desain kostum yang spektakuler dan ukurannya bisa tiga kali lebih besar dari ukuran tubuh pemain.

Musik bambu Tataruba, Menuru, Yanger, Tari tradisional Legu Salai , Sara Dabi-dabi, Caka Lele, Dana-dana akan memeriahkan panggung utama dalam kemasan yang menarik.

Kunjungi www.festivaltelukjailolo.com untuk informasi lebih lanjut atau dapat menghubungi Evi Widya Putri di 0812-8781161 atau Radisyah di 0813-82568888.

Untuk jadi penonton THE WORLD PREMIERE of “THEATRE ON THE SEA” Daftarkan diri Anda di ftjtrip@yahoo.com

Sembilan Orangutan Dilepasliarkan


Sumber: Kompas, 12 April 2010
Balikpapan

Sembilan orangutan (Pongo pygmaeus), empat betina dan lima jantan, dilepasliarkan secara bertahap di kamp Pondok Hanau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, sejak pekan lalu. Pelepasliaran dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalteng bersama Orangutan Care Center Quarantine dari Orangutan Foundation International.

Tempat pelepasliaran berada di kawasan eks hak pemanfaatan hutan (HPH) PT Bina Samakta. Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan, kawasan hutan itu dicadangkan untuk restorasi ekosistem hutan alam PT Rimba Raya. Di hutan seluas 89.185 hektar, telah dilepasliarkan 23 orangutan, 8 ekor jantan dan 15 ekor betina.

Kepala Seksi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng Eko Novi, yang dihubungi di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Minggu (11/4), mengatakan, sembilan primata langka dan dilindungi itu merupakan korban pembukaan hutan untuk perkebunan, permukiman, maupun kegiatan lain.

Selain hasil penyelamatan petugas BKSDA dari kawasan pembukaan lahan, ada orangutan yang diserahkan masyarakat. Di Kalimantan, saat ini sedikitnya 1.200 orangutan belum bisa dilepasliarkan akibat kesulitan mendapatkan hutan yang layak mereka tempati. Data dari BKSDA Kalteng (Kompas, 10/1), menunjukkan, lebih kurang 1.000 orangutan di Kalteng belum bisa dilepasliarkan dan masih menjalani rehabilitasi. Kawanan orangutan itu ditampung di dua pusat rehabilitasi orangutan, yakni Borneo Orangutan Survival (BOS) di Nyarumenteng, Palangkaraya, dan Orangutan Foundation International di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringan Barat.

Di Kalimantan Timur, kata Nanang Kasim dari Restorasi Habitat Orangutan Indonesia perwakilan Kaltim, kini ada 219 orangutan di Yayasan BOS Wanariset Samboja yang juga belum dapat dilepasliarkan akibat kesulitan mendapatkan hutan yang layak. Sejak tahun 2002, Wanariset Samboja tidak pernah lagi melepasliarkan orangutan.

Menurut Nanang, diperkirakan Desember 2010 akan ada pelepasliaran lima orangutan di hutan eks HPH Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, seluas 86.450 hektar, yang digunakan sebagai restorasi ekosistem hutan alam untuk habitat orangutan.

�Pelepasan lima orangutan sebagai uji coba. Jika cocok, direncanakan tiap tahun sedikitnya ada tiga kali pelepasliaran orangutan dari BOS Wanariset Samboja,� katanya.

Menurut Nanang, pelepasan orangutan di hutan tidak bisa dilakukan sekarang karena belum mendapat izin dari pemerintah. Untuk mendapatkan izin, telah dilakukan pembuatan upaya kelola lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan tahap I dan memasuki tahap II.

Badan Lingkungan Hidup Kaltim telah memberikan rekomendasi layak untuk habitat orangutan. Selanjutnya, diajukan permohonan kepada Kementerian Kehutanan untuk mendapat surat keputusan dari Menteri Kehutanan

Kamis, 22 April 2010

Ekonomi Rendah Karbon Dapat Stabilisasi Emisi Gas Rumah Kaca


Oleh: Ani Purwati
Berita Bumi, 13 April 2010
Ekonomi rendah karbon dapat membantu menstabilisasi emisi gas rumah kaca pada 450 ppm CO2e dengan suhu kurang dari 2o Celcius. Untuk mencapainya, Pemerintah Indonesia menyediakan pendanaan dalam upaya mewujudkan teknologi produksi dan gaya hidup masyarakat untuk mengurangi emisi.

�Pemerintah mendorong investor melakukan eksplorasi dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. Di antaranya dalam menghasilkan energi terbarukan,� kata Singgih Riphat, Staf Kebijakan Fiskal dari Kementerian Keuangan di sela-sela Konferensi umat Muslim untuk Perubahan Iklim di Bogor (10/4).

Untuk meningkatkan pengembangan teknologi ramah lingkungan, Pemerintah bersedia menanggung risiko eksplorasi. Dimana risiko ini yang membuat investor mengurungkan niatnya mengembangkan teknologi ramah lingkungan yang mahal ini. Sementara itu keberhasilan pengembangannya kecil.

�Pemerintah ingin menunjang proyek ini. Saat ini sedang menganalisa apa yang bisa dibantu dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan ini,� jelas Riphat.

Proyek ini tergantung dari permintaan investor dan masyarakat. Misalnya proyek panas bumi atau geothermal, Pemerintah sudah menyiapkan Permen Keuangan. Pemerintah membebaskan peralatan proyek geothermal yang masuk ke Indonesia dengan menanggung PPNnya.

Pemerintah menyediakan dana guna menanggung pajak terkait program yang menghasilkan teknologi untuk mencegah perubahan iklim. Seperti PPH panas bumi sebesar 624 milyar, PPH bahan nabati 100 milyar, dan PPN adaptasi dan mitigasi 500 milyar.

Menurut Pemerintah, di Indonesia mempunyai cadangan panas bumi yang besar di dunia. Yaitu mencapai sekitar 29,7 Gwatt. Riphat mengatakan, bila ini dimanfaatkan maka tidak ada wilayah yang gelap lagi dan emisi dari pemanfaatan energi bisa berkurang.

Menurut Amanda Katili, Koordinator Divisi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), dalam menangani perubahan iklim, diperlukan pendekatan holistik, kerjasama berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga dan individu. Untuk menurunkan konsentrasi karbon yang tinggi juga memerlukan penanganan dalam pertumbuhan ekonomi dan mitigasi CO2.

Emisi Indonesia diperkirakan meningkat dari 1.72 menjadi 2.95 GtCO2e pada 2000 hingga 2020. Dengan perkiraan karbondioksida dari penggunaan energi meningkat lebih tinggi hampir 1 Gt CO2e pada 2020 dari sekitar 0.3 GtCO2e pada 2005. Sementara yang berasal dari hutan, lahan, sampah, pertanian dan energi hampir sama tingkatnya hingga 2020.

Untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca 26 persen, Pemerintah telah menyusun RAN-GRK dan RAD-GRK. Sebagai negara dengan tutupan hutan mencapai 70 persen kawasan hutan dimana 37 persennya mengalami penurunan dengan berbagai tingkatan, bahkan pada 2000-2005 hutan hilang sekitar 1 juta hektar per tahun, Indonesia mempunyai peran besar dalam mencegah perubahan iklim. Dengan menjaga hutannya dari kerusakan, Indonesia akan mampu mengurangi dan menyerap gas rumah kaca. Saat ini aktifitas pengurangan emisi dari kerusakan dan penurunan hutan (REDD) secara sukarela telah berlangsung di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Selain dengan menjaga hutan dari kerusakan, Indonesia juga mengambil langkah pengurangan emisi gas rumah kaca dengan pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy) dengan target mencapai 17 persen. Terdiri dari biofuels 5 persen, geothermal 5 persen, biomassa, nuklear, air, surya, angin 5 persen, dan lainnya 2 persen.

Upaya penurangan karbondioksida yang sedang berlangsung saat ini dan berpotensi tercapai pada 2015 di antaranya bangunan dan perlengkapan efisiensi energi elektrik (8 Mt), small hydro (6 Mt), pengelolaan nutrisi tanaman (3 Mt), pengelolaan tanaman padi dari banjir (20 Mt), pengelolaan tanaman padi dari nutrisi (4 Mt), penanaman hutan kembali (99 Mt).






http://pili.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=823&Itemid=193

Senin, 15 Februari 2010

Kerusakan Hutan Akibatkan Gajah Masuk Kompleks Chevron

Kerusakan Hutan Akibatkan Gajah Masuk Kompleks Chevron

Sumber: Antara, 03 Pebruari 2010 
Pekanbaru

Kawanan gajah liar yang memasuki kompleks PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) di Kecamatan Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau, adalah akibat satwa dilindungi tersebut kesulitan mencari makan di hutan habitatnya yang rusak parah .

"Gajah yang masuk kompleks perusahaan berasal dari Kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja. Namun, karena habitat mereka di Balai Raja telah rusak parah, maka gajah kini sulit mendapatkan makanan dan terpaksa masuk di areal perusahaan," kata Humas WWF Riau Syamsidar kepada ANTARA di Pekanbaru, Rabu.

Syamsidar mengatakan hal itu terkait masuknya puluhan gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di kompleks CPI Duri sejak 24 Januari. Syamsidar mengatakan, kondisi hutan di Balai Raja yang merupakan habitat gajah kini tinggal bersisa sekitar 120 hektare. atau kurang dari 10 persen, dari luas sebelumnya yang mencapai 18 ribu hektare saat ditetapkan Menteri Kehutanan pada 1986.

Kondisi habitat tempat mencari makan satwa bongsor itu juga makin sempit karena hutan yang tersisa merupakan rawa-rawa dan sering meluap saat musim hujan. 
"Kompleks Chevron sebenarnya bukan lintasan gajah, tapi sekarang sepertinya menjadi jalur lintasan alternatif karena habitat mereka makin sempit akibat beralih fungsi menjadi kebun sawit dan perumahan warga," katanya.

Berdasarkan catatan ANTARA, kawanan gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) sebelumnya pernah berkeliaran di dalam kompleks CPI Duri akibat meningkatnya konflik dengan manusia sejak tahun 2006.

Ia menambahkan, WWF kini bekerja sama dengan CPI berupa melakukan pembekalan pada sekuriti perusahaan agar tidak terjadi konflik antara gajah dengan manusia di dalam areal perusahaan. "Kami hanya melakukan pembekalan kepada sekuriti karena penghalauan gajah semestinya dilakukan BKSDA Riau," katanya. 
(F012/B010)

http://www.pili.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=806&Itemid=193

Harimau Sumatra Berkeliaran di Kebun Warga

Harimau Sumatra Berkeliaran di Kebun Warga

Sumber: Antara, 02 Februari 2010 
Tapaktuan

Sekawanan harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) berkeliaran di kebun milik warga di gunung Cahaya desa Gunung Rotan, Kecamatan Labuhan Haji Timur, Kabupaten Aceh Selatan.

Camat Labuhan Haji Timur Rachmanuddin di Tapaktuan Selasa mengatakan, telah menerima laporan warga tentang keberadaan seekor harimau di kebun milik Ali Syamsu (43) dan Alidar (41) warga desa Limau Saring.

"Kedua petani pala itu nyaris diterkam harimau saat membersihkan ilalang di kebunnya dan ia kemudian lari menjauh dari hewan pemangsa itu," kata Rahmanuddin. 
Didampingi Kepala Desa Limau Saring M Husaini, ia mengatakan kedua petani pala itu mengaku masih takut untuk pergi ke kebunnya yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari kediaman mereka.

Kabar tentang dikejarnya dua petani oleh satwa pemangsa itu cepat beredar di kalangan masyarakat terutama petani yang mempunyai kebun dikawasan penggunungan sehingga banyak kebun yang dibiarkan terlantar.

Selain berkeliaran di kebun warga, satwa dilindungi itu juga telah memangsa seekor kambing milik Nurdin didalam kandang yang berada di belakang rumahnya di desa tersebut.

Selain di wilayah kecamatan Labuhan Haji Timur, seekor harimau juga meresahkan warga desa Buket Meueh, Jambo Papeun dan Ladang Baro Kecamatan Meukek. Beberapa warga desa Buket Meuh mengatakan harimau yang diperkirakan berusia dewasa itu sering terlihat pada sore hari menjelang azan mahgrib. "Harimau sering terlihat disemak-semak dan ada yang melihatnya melintas di jalan desa," kata Anwar, seorang warga desa Buket Meueh.(*)

http://www.pili.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=806&Itemid=193

Target Keanekaragaman Hayati 2010 Indonesia Capai 30 Persen Kawasan Konservasi

Target Keanekaragaman Hayati 2010 Indonesia Capai 30 Persen Kawasan Konservasi

Oleh: Ani Purwati 
Berita Bumi, 05 Februari 2010

Target Keanekaragaman Hayati 2010 Indonesia telah mencapai 30% kawasan konservasi dari laut dan daratan. Target ini lebih tinggi dari ketentuan internasional yang menetapkan 10% kawasan konservasi secara nasional.

"Meski demikian pencapaian target 30% belum mewakili semua ekosistem sehingga dilakukan penambahan dengan taman-taman keanekaragaman hayati," demikian menurut Masnellyati Hilman, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Peningkatan Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengendalian Kerusakan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) di Jakarta (21/1).

Dari kawasan laut mencapai 7% kawasan konservasi. Dengan Proyek CTI diharapkan bisa menambah kawasan konservasi. Saat ini juga terus dilakukan inventarisasi untuk mengumpulkan data.

Studi pencapaian target keanekaragaman hayati 2010 Indonesia menunjukkan bahwa beberapa upaya sedang dilakukan untuk mencapai target ini. Beberapa target yang diadopsi di tingkat nasional mengarah pada target 2010. Namun, tidak ada target spesifik merujuk kepada target 2010. Salah satu target nasional yang diadopsi adalah meningkatkan kawasan konservasi laut dari 4,7 juta ha pada tahun 2003 menjadi 10 juta ha pada tahun 2010, dan kemudian akan ditingkatkan menjadi 20 juta ha pada tahun 2020.

Berdasarkan hasil kajian awal pada status, tren, ancaman dan konservasi keanekaragaman hayati, pengkajian pada IBSAP, pengarusutamaan pertimbangan keanekaragaman hayati ke dalam program-program sektoral, dan pencapaian target 2010 dalam Laporan Keanekaragaman Hayati Nasional ke-4 untuk Konvensi Keanekaragaman Hayati (http://www.cbd.int/doc/world/id/id-nr-04-en.pdf), menunjukkan bahwa pelaksanaan Konvensi mulai meningkatkan upaya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati. Karena kendala data, khususnya pada tren keanekaragaman hayati, informasi yang dikumpulkan pada umumnya hanya mengenai status keanekaragaman hayati, pelaksanaan IBSAP, dan usaha dalam mencapai target 2010.

Tren yang diamati hanya menggambarkan meningkatnya kawasan konservasi, meningkatnya jumlah jenis flora dan fauna yang dikembangkan sebagai upaya konservasi ex-situ, dan upaya rehabilitasi ekosistem (mangrove dan terumbu karang). Dalam pelaksanaan IBSAP, pengumpulan informasi hanya menghasilkan sebuah ilustrasi apakah program Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) dilaksanakan. Namun pelaksanaan IBSAP menunjukkan bahwa telah ada keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan keanekaragaman hayati, pengembangan penggunaan keanekaragaman hayati berkelanjutan, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan upaya rehabilitasi atas kerusakan keanekaragaman hayati.

Pengarusutamaan pertimbangan keanekaragaman hayati telah dimulai terutama oleh sektor-sektor yang memiliki relevansi lebih langsung dengan pengelolaan keanekaragaman hayati. Tapi masih memerlukan pembangunan sebuah mekanisme atau pengaturan yang memastikan bahwa program-program sektoral dan rencana aksi secara langsung memberikan sumbangan pada pelaksanaan dari Konvensi ini. Untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya genetik berkelanjutan, rancangan undang-undang telah dikembangkan tentang pemanfaatan sumberdaya genetik dan database sumberdaya genetik hutan, tanaman obat, hortikultura dan tanaman pangan. Dalam undang-undang, salah satu isu yang dibahas adalah sama dan meratanya pembagian keuntungan dari penggunaan sumber daya genetik.

Keberadaan data adalah faktor kunci untuk seleksi indikator. Pada tahun 2008 koleksi data dan informasi yang dapat digunakan untuk mengkaji pencapaian target 2010 menggunakan indikator yang telah disepakati. Data dan informasi yang terkoleksi adalah data di rentang tahun 2003-2008 dan merupakan inisial data yang memerlukan up graded setiap tahun. Hasil studi sekarang tidak merefleksikan kemajuan pencapaian target 2010. Studi telah dilakukan untuk mengetahui status dan kecenderungan keanekaragaman hayati dalam mencapai target 2010.

Perlu Ditingkatkan

Di antaranya, dari 1981 sampai 2007, ada peningkatan area konservasi. Namun, dari sudut representasi ekosistem, distribusi kawasan konservasi belum memadai, dan dalam hal efektivitas, pengelolaan kawasan konservasi masih perlu ditingkatkan, mengingat sampai tahun 2008, dari semua kawasan konservasi (terrestrial), hanya 105 unit yang telah menyetujui rencana manajemen, sementara 87 unit rencana manajemen yang lain masih dalam proses persetujuan. Selain itu, 338 unit tidak memiliki rencana pengelolaan semua.

Selain itu telah ada upaya untuk mempertahankan atau mengurangi penurunan populasi ikan dan terumbu karang melalui pelaksanaan berbagai peraturan yang terkait dengan perikanan dan pengelolaan wilayah pesisir dan kecil pulau. Perubahan status spesies terancam didukung oleh ketersediaan sebagian peraturan pemerintah untuk menghentikan praktik penangkapan ikan dan tambang  yang merusak terumbu karang.

Meski demikian dari kebijakan pemerintah yang ada, menurut Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), Coral Triangle Initiative (CTI) hanya meningkatkan laju kerusakan laut di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Melalui CTI Business Summit yang berlangsung di Manila, Filipina pada tanggal 19-20 Januari 2010, proyek ini hanya berpeluang bisnis untuk sektor pariwisata, pengolahan ikan tuna, dan investasi berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan, minyak dan gas. Sebaliknya mengabaikan kesepakatan mendesak perlindungan dan pengakuan terhadap perairan dan hak-hak nelayan tradisional.

Kiara menilai, CTI hanya akan mengarah kepada agenda Pasar Bebas Konservasi (Free Market Conservation). Ini berkaitan dengan tumpang tindihnya kawasan keanekaragaman hayati dengan deposit pertambangan dan migas di beberapa negara. Indonesia salah satunya. Sebuah inisiatif global antara pelaku pertambangan, LSM konservasi internasional bersama lembaga keuangan internasional sedang digalang, menjawab hal itu. Dan untuk memungkinkan skema kompensasi keanekaragaman hayati (Biodiversity offset), yang akan dikuasai dan dikontrol badan-badan swasta. Seluruh lembaga konservasi internasional yang terlibat dalam CTI juga terlibat dalam inisiatif ini.

Artinya CTI hanyalah langkah awal mengintegrasikan data, mekanisme, hukum kesepakatan-kesepakatan negara kaya bahan tambang dan keanekaragaman hayati, yang akan memberikan pembenaran bagi industri paling merusak itu, terus beroperasi. Asalkan membayar kompensasi biodiversity.

Gagal Substansial

Secara global dalam pidatonya (http://www.cbd.int/2010-target/), Ahmed Djoghlaf sebagai Sekretaris Eksekutif Konvensi Keanekaragaman Hayati mengatakan bahwa meskipun kemajuan signifikan tercapai, tapi  gagal untuk memenuhi janji secara substansial mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati bila mengadopsi hasil KTT Dunia Johannesburg tentang Pembangunan Berkelanjutan delapan tahun lalu yang dihadiri 110 Kepala Negara dan Pemerintahan. Pertemuan Stromstad Uni Eropa yang diselenggarakan pada bulan September tahun lalu juga membenarkan pesan Athena bahwa Uni Eropa tidak akan memenuhi target keanekaragaman hayati 2010.

Kesimpulan serupa dicapai dalam Dialog Keanekaragaman Hayati Kobe serta pada Konferensi Keanekaragaman Hayati ASEAN Pertama yang diadakan di Singapura pada bulan Oktober tahun lalu.

"Lebih dari 100 laporan nasional dari para Pihak menunjukkan bahwa kita terus mengalami kehilangan keanekaragaman hayati pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Djoghlaf.

Menurutnya, di sinilah pentingnya kebersamaan untuk memecahkan masalah-masalah yang kita ciptakan sendiri dan bisa berdampak pada anak-anak kita dengan menggunakan cara baru dalam berbisnis, sebuah pemikiran dan pendekatan baru untuk mempersiapkan, menerapkan dan melaksanakan bersama-sama Rencana Strategis Konvensi Keanekaragaman Hayati untuk periode 2011-2020. Rencana Strategis baru ini akan mencakup  visi keanekaragaman hayati 2050 serta target 2020 dan sub-sasaran, sebagai sarana implementasi dan mekanisme pemantauan dan evaluasi.


http://www.pili.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=806&Itemid=193


Mewujudkan Pengelolaan Hasil Hutan oleh Masyarakat Adat

Mewujudkan Pengelolaan Hasil Hutan oleh Masyarakat Adat

WWF, 04 Februari 2010 
Sentani

Sejalan dengan Peraturan Daerah Khusus No.21 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Provinsi Papua yang salah satu tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat pemilik hak adat dalam mengelola sumber daya alamnya, WWF Indonesia Region Sahul bersama dengan masyarakat adat secara aktif melalui proses perencanaan bersama, peningkatan teknis administrasi dan manajemen pemanenan hasil serta desain model pengelolaan hutan alam lestari berbasis masyarakat adat, mendorong terbentuknya Koperasi Serba Usaha Jibogol di Distrik Unurum Guay Kabupaten Jayapura.

Presentasi ini bertujuan untuk menjelaskan kepada para pihak termasuk pemerintah daerah provinsi dan kabupaten serta instansi terkait lainnya mengenai tujuan dan rencana tatakelola hutan melalui Koperasi Jibogol untuk permohonan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu oleh masyarakat hukum adat (IUPHHK-MHA). Diharapkan melalui presentasi ini juga akan didapatkan input positif bagi pengembangan model pengelolaan hutan oleh masyarakat adat di Distrik Unurum Guay.

Direktur WWF-Indonesia Region Sahul dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari program WWF-Indonesia dalam mendukung kebijakan pengelolaan hutan di Tanah Papua haruslah dikembalikan kepada masyarakat adat dan juga dengan melihat perdasus kehutanan No.21 Tahun 2008 dimana ada peluang bagi masyarakat adat untuk mengelola hutannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa bersama BPK Kehutanan Papua, BPKH, BP2HP, Universitas Negeri Papua, WWF telah melakukan studi potensi dan tata batas hutan untuk areal pengelolaannya. Masyarakat adat juga telah memiliki sebuah badan usaha yaitu Koperasi Jibogol untuk pengelolaan hutan. Melalui kegiatan ini WWF ingin mendorong agar antara regulasi dan implementasi dapat disinergiskan pada tingkat implementasi di lapangan bagi kesejahteraan masyarakat adat disekitar hutan. Kami atas nama WWF juga memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua yang selalu mendukung kegiatan kami, juga jajaran Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura, Masyarakat adat dari Distrik Unurum Guay serta pengurus Koperasi Jibogol.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Ir. Marthen Kayoi, MM saat membuka pertemuan menyampaikan terimakasih kepada pihak WWF-Indonesia yang telah memfasilitasi inisiatif kegiatan ini yang dibangun mulai dari bawah. Di seluruh Provinsi Papua terdapat empat kelompok model pengelolaan hutan di Papua yang memiliki dasar hukum dan kelengkapan administratif dan manajemen yang baik. Pada kesempatan ini juga Kepala Dinas Kehutanan menyatakan bahwa pihaknya akan menyerahkan satu alat pemotong kayu portable (portable chainshaw) bagi masyarakat adat di Kampung Guriat melalui Koperasi Jibogol. Harapan kami ini akan menjadi model bagi pengelolaan hutan oleh masyarakat adat kedepan. Dimana ini akan menjadi pembelajaran bagi kita semua bukan hanya bagi masyarakat dan WWF tetapi juga bagi pemerintah daerah termasuk bagaimana mengatur mekanisme pasarnya. Tidak ada jalan lain bahwa Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten dan masyarakat adat melalui koperasi haruslah bekerjasama untuk mengembangkan jaringan pengelolaan industri kayu rakyat ini.

Pertemuan ini terselenggara atas kerjasama WWF-Indonesia, Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura bertempat di Gedung Pertemuan Tabita di Sentani. Pertemuan dihadiri oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Direktur WWF-Indonesia Region Sahul, SKPD terkait ditingkat Kabupaten Jayapura, Kepala Kampung Guriat, masyarakat adat dan pengurus Koperasi Jibogol.

Catatan untuk editor:
Tentang WWF-Indonesia

WWF, sebuah organisasi konservasi, dengan misi menghentikan perusakan lingkungan alami di planet bumi dan untuk membangun masa depan dimana manusia hidup secara harmonis dengan alamnya, melalui perlindungan keanekaragaman hayati, memastikan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, dan mempromosikan pengurangan polusi dan penggunaan sumber daya secara berlebihan. WWF bekerja di lebih dari 90 negara dan didukung oleh hampir 5 juta pendukung di dunia. WWF mulai bekerja di Indonesia tahun 1962. Untuk informasi lebih jauh tentang WWF, kunjungi www.wwf.or.id atau www.panda.org

Informasi lebih lanjut:


http://www.pili.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=806&Itemid=193